Megalithic Institute A Trip to KabunKita, Layuh HST

Conservation is a concept that society today is familiar with, but in fact, it is jargon that still requires concrete execution. Theodore Roosevelt’s (1902) definition of conservation represents all evolving conservation concepts, notably that conservation is derived from the words con (together/together) and serve (keep/save/maintain). When translated into phrases, it conveys an idea of attempts to preserve what we have (keep/save what you have), yet in a responsible way (wise use). The essential message of natural resource conservation initiatives is the concept of sustainable use of natural resources.

The value of conservation when linked to the topic of World Environment Day, specifically “Many species, one planet, one future,” with the translation “Many species, one planet, one future,” demonstrates how critical it is to preserve biodiversity via conservation efforts. As a result, conservation initiatives must be prioritized in the development cycle of this country.

The sphere of education (schools) has the potential to become a platform for applying the conservation concept. Because the school is a vehicle for learning that will have a good impact on the larger community, in this instance students, and teachers. Efforts to develop an environmentally sound school are a proper answer to conservation issues thus far.

KabunKita – Nalagareng Resources Archive

KabunKita is a nature conservation school in Layuh, Batu Benawa District, Hulu Sungai Tengah Regency, South Kalimantan, Indonesia. This conservation school provides a variety of activities ranging from fish feeding to camping. All fish feeding at KabunKita adheres to the organic paradigm, specifically with magot (caterpillars) produced from Dragon Fly culture (large flies).

Many things may be learned at KabunKita, such as how to maintain various types of fruit-producing plants such as Jambu Air Hijau, Durian, and Cempedak. On this occasion, the Founding Father of the Megalithicum Institute, Yanni Kalsel, and the Nalagareng Resources Researcher team took observations in preparation for the establishment of the Megalithicum Institute profile.

Yanni Kalsel – Nalagareng Resources Archive

At KabunKita, visitors can enjoy a dish of fresh grilled fish caught directly from organic farm ponds, the extraordinary taste of fish meat that you will never find in any farmed fish. KabunKita teaches us to live with environmental ethics (Environmental Ethics) by not using excessive pesticides and chemicals. Truly a blessing and a blessing, the KabunKita area is also crossed by a clean spring path from the foot of Mount Meratus which does not require high-cost treatment to be able to drink directly, just filter.

Concerns about sustainability were also well addressed in KabunKita, where the advanced expansion of existing infrastructure would majorly employ bamboo building materials. Architectural aesthetics has been seen only in resorts or five-star hotels in tourist destinations such as Bali and Lombok. KabunKita has been using solar panels as the primary source of electricity since its inception.

Concerns about sustainability were also well addressed in KabunKita, where the advanced expansion of existing infrastructure would majorly employ bamboo building materials. Architectural aesthetics has been seen only in resorts or five-star hotels in tourist destinations such as Bali and Lombok. KabunKita has been using solar panels as the primary source of electricity since its inception.

Multipurpose tent KabunKita – 4CROWS DIGITAL Archive
Cabin KabunKita – 4CROWS DIGITAL Archive

The combination of KabunKita, Megalithicum Institute, and Nalagareng Resources to launch something is good and gives new hope for a better future for following generations. Environmental Ethics, Sustainability, and Cleanliness Awareness will present new ways of being eco-friendly solidly and practically, all while having fun.

Terjemah Indonesia

Konservasi menjadi istilah yang sudah tak asing lagi bagi masyarakat kita, namun dalam pelaksanaanya istilah ini relatif menjadi jargon yang masih membutuhkan implementasi yang konkrit.

Definisi yang dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) tentang konservasi mewakili semua konsep konservasi yang bermunculan, yaitu bahwa konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together/bersama) dan servare (keep/save/memelihara). Apabila diterjemahkan secara istilah memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Paradigma pemanfaatan sumber daya alam yang berkesinambungan merupakan makna sebenarnya dari kegiatan konservasi sumber daya alam.

Pentingnya konservasi jika dikaitkan dengan tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia yaitu “Many species, one planet, one future” dengan terjemah “Banyak species, satu planet, satu masa depan” memberikan gambaran betapa pentingnya mempertahankan keanekaragaman hayati melalui upaya konservasi. Sehingga aktivitas konservasi perlu menjadi prioritas dalam roda pembangunan negeri ini.

Dunia pendidikan (sekolah) merupakan sektor yang sangat potensial untuk menjadi media implementasi dari konsep konservasi. Hal ini dikarenakan sekolah merupakan wahana pembelajaran yang akan membawa implikasi positif kepada masyarakat yang lebih luas, dalam hal ini adalah siswa dan guru. Upaya pembentukan sekolah yang berwawasan lingkungan merupakan solusi konkrit untuk menjawab permasalahan konservasi selama ini.

KabunKita merupakan sekolah konservasi alam yang berlokasi di Layuh, Kecamatan Batu Benawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Sekolah konservsi ini menawarkan berbagai aktivitas mulai dari memberi makan ikan hingga camping. Pemberian makan ikan yang ada di KabunKita seluruhnya mengacu pada paradigma organik yaitu dengan magot (ulat) yang berasal dari hasil budidaya anakan Dragon Fly (Lalat besar).

Banyak hal yang bisa di pelajari di KabunKita, seperti pembibitan beberapa jenis tanaman penghasil buah seperti Jambu Air Hijau, Durian, Cempedak. Pada kesempatan kali ini Founding Father Megalithicum Institute Yanni Kalsel bersama tim Researcher dari Nalagareng Resources melakukan pengamatan demi persiapan pengembangan profil Megalithicum Institute.

Di KabunKita, pengunjung bisa menikmati sajian ikan panggang segar yang di tangkap langsung dari kolam budidaya organik, cita rasa daging ikan luar biasa yang tak akan pernah anda temukan di ikan hasil budidaya mana pun. KabunKita mengajari kita untuk hidup ber-akhlak lingkungan (Environtmental Ethics) dengan tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia secara berlebihan. Sungguh sebuah berkah dan anugerah, area KabunKita juga di lewati oleh jalur mata air bersih dari kaki Gunung Meratus yang tidak memerlukan treatment hi-cost untuk segera bisa di minum langsung, cukup filterisasi.

Concern tentang Sustainability juga di respon dengan sangat baik di KabunKita, pengembangan tahap lanjut dari infrastruktur yang ada di sini akan mayoritas menggunakan bahan bangunan dari bambu. Estetika arsitektural yang hanya anda bisa temukan di resorts atau hotel berbintang di kawasan wisata seperti di Bali dan Lombok. Untuk pembangkit tenaga listrik, KabunKita sudah dari awal memanfaatkan solar panel sebagai pemasok kebutuhan energi utama.

Kolaborasi KabunKita, Megalithicum Institute dan Nalagareng Resources untuk inisiasi sesuatu yang begitu baik, membuka harapan baru tentang masa depan bermutu bagi generasi penerus. Etika lingkungan, Sustainability, berikut kesadaran tentang kebersihan akan memperkenalkan cara baru dalam bersopan santun terhadap lingkungan hidup secara konkrit dan empirik, dalam rangka bersenang-senang.

Share this article

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *